Perkembangan teori komunikasi dimulai sejak tahun 1950-an, pada saat itu pemerintah Amerika Serikat ingin mengetahui bagaimana dan mengapa sebagian petani disana mengadopsi teknik – teknik baru dalam pertanian dan sebagian lainya tidak. Everett M Rogers pada waktu menjadi bagian dari tim eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi ini ditujukan untuk memahami difusi dari teknik – teknik pertanian tapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi ini digunakan pada bidang – bidang lainnya.
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah “ an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” ( suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggagp atau dirasa baru oleh individu ). Difusi sendiri dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi system sosial.
Dalam hal ini sesuatu yang dapat menjadi ide baru dalam kehidupan, khususnya masyarakat. Secara universal begitu banyak gagasan baru yang telah ada dan diperkenalkan dalam kehidupan masyarakat, secara praktek bentuk difusi penyampaiannya pun dapat terealisasi. Walaupun kita tidak bisa mengabaikan banyak inovasi – inovasi yang ditawarkan kepada masyarakat belum dapat dipraktekkan secara maksimal. Dalam prakteknya saya mengambil contoh bentuk penerapan difusi inovasi pada penggunaan biji jarak yang lebih dikenal dengan GAHARU, biji jarak ini digunakan sebagai alternative BBM ( bahan bakar minyak ) yang selama ini secara terus menerus diambil dari bumi. Biji jarak itu sendiri memberikan banyak manfaat dalam penggunaannya. Yang selama ini hanya dikenal dengan tanaman rumput disekitar kita. Pengenalannya dimulai sejak tahun 2003 Bapak Syamsul Arifin menunjukkan minyak gaharu kepada banyak orang. Sehingga niat dan pikiran terus berkembang untuk mengetahui gaharu.
Sehingga para adopter gaharu mulai diperkenalkan manfaat serta cara pembudidayaannya di lapangan, mulai dari teknik pembuatan bibit dari biji gaharu, teknik membuat bibit cabutan, perbanyakan vegetative, dan penanaman di lapangan. Yang akhitnya hingga sekarang tanaman gaharu tersebut terus dibudidayakan di tengah – tengah masyarakat.
Setelah itu para adopter mulai mengambil proses keputusan innovasi berdasarkan pengetahuan tentang gaharu tersebut dan dari hasil serta manfaatnya yang dapat digunakan akan banyak masyarakat dari waktu ke waktu mulai mempercayai manfaat gaharu. Sehingga akan mulai diterapkan secara meluas dikalangan masyarakat tentunya.
Daftar Pustaka :
- DEPARTEMEN KEHUTANAN PUSAT BINA PENYULUHAN KEHUTANAN. 2004. Profil pengusahaan ( Budidaya ) Gaharu. Jakarta.
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah “ an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” ( suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggagp atau dirasa baru oleh individu ). Difusi sendiri dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi system sosial.
Dalam hal ini sesuatu yang dapat menjadi ide baru dalam kehidupan, khususnya masyarakat. Secara universal begitu banyak gagasan baru yang telah ada dan diperkenalkan dalam kehidupan masyarakat, secara praktek bentuk difusi penyampaiannya pun dapat terealisasi. Walaupun kita tidak bisa mengabaikan banyak inovasi – inovasi yang ditawarkan kepada masyarakat belum dapat dipraktekkan secara maksimal. Dalam prakteknya saya mengambil contoh bentuk penerapan difusi inovasi pada penggunaan biji jarak yang lebih dikenal dengan GAHARU, biji jarak ini digunakan sebagai alternative BBM ( bahan bakar minyak ) yang selama ini secara terus menerus diambil dari bumi. Biji jarak itu sendiri memberikan banyak manfaat dalam penggunaannya. Yang selama ini hanya dikenal dengan tanaman rumput disekitar kita. Pengenalannya dimulai sejak tahun 2003 Bapak Syamsul Arifin menunjukkan minyak gaharu kepada banyak orang. Sehingga niat dan pikiran terus berkembang untuk mengetahui gaharu.
Sehingga para adopter gaharu mulai diperkenalkan manfaat serta cara pembudidayaannya di lapangan, mulai dari teknik pembuatan bibit dari biji gaharu, teknik membuat bibit cabutan, perbanyakan vegetative, dan penanaman di lapangan. Yang akhitnya hingga sekarang tanaman gaharu tersebut terus dibudidayakan di tengah – tengah masyarakat.
Setelah itu para adopter mulai mengambil proses keputusan innovasi berdasarkan pengetahuan tentang gaharu tersebut dan dari hasil serta manfaatnya yang dapat digunakan akan banyak masyarakat dari waktu ke waktu mulai mempercayai manfaat gaharu. Sehingga akan mulai diterapkan secara meluas dikalangan masyarakat tentunya.
Daftar Pustaka :
- DEPARTEMEN KEHUTANAN PUSAT BINA PENYULUHAN KEHUTANAN. 2004. Profil pengusahaan ( Budidaya ) Gaharu. Jakarta.